“Selamat”, Ucapku tanpa melihat
wajahnya dan melewati tubuhnya yang masih berdiri di depan pintu.
“Eun
Ji-ya..” panggilnya padaku. Aku harus terpaksa berhenti.
“Ayo
kita luangkan waktu” ajaknya.
“Mianhae!”
jawabku dengan tegas dan singkat. Lalu pergi menjauh dari Soo Ra.
Entah
apa yang nanti akan terjadi dan akan kusaksikan tiap harinya di kampus. Aku
merasa kampus ini bukan lagi tempat yang menyenangkan untuk belajar! Aku merasa
kampus ini sudah menjadi bagian dari iklan melalui short drama ini. Kesal? Ya.
Sangat kesal. Bukan hanya kampus mengizinkan untuk lokasi syuting! Tapi kuakui,
aku kesal lebih kepada alasan pribadi. Entahlah apa aku akan bergabung dengan
tim kontra.
“Eun
Ji-yaaa…!!” teriak Kwang Soo yang suaranya sudah sangat akrab di telingaku.
“Ya!
Kau kemana saja?! Aishh jinjja..”, kesalnya padaku. “Kau tau, barusan aku
mengambil gambar dengan Park Chanyeol dan Kim So Raa! Lihat..” tawarnya padaku
dengan handphone barunya. Sama sekali aku tak berminat menanggapi ocehannya.
Lalu ocehannya terhenti ketika seseorang menghampiriku dan Kwang Soo yang
tengah duduk di lorong perpustakaan. Kwang Soo hanya ternganga kegirangan.
“Chanyeol…”
gumamnya.
“Permisi,
boleh aku pinjam Eun Ji sebentar?” tanyanya pada Kwang Soo yang masih melongo.
“Ne?”
tanggapnya tak percaya. Aku hanya memalingkan wajahku yang tak tahan melihat
sikapnya yang sok manis didepan orang lain!. Dia tersenyum melihatku, dan
menyeret tanganku. Aku gelagapan, berusaha untuk mengimbangi ajakan paksa itu.
“Aiisshh..
jinjja!!” umpatku seraya melepaskan lenganku dari genggamannya. “Apa yang kau
mau, oh?”
“Aku
tau, semuanya bakal begini. Aku tau, sekarang kau benci aku lebih dari apapun!
Tapi, jangan benci sahabatmu!”
“Oh..
sekarang ini alibinya? Menggunakan namaku seakan-akan aku jahat padanya, oh?”
Aku tak habis pikir, sekarang dia berani mengadu.
“Ani,
aku tau…”
“Cukup!”
potongku sebelum dia sempat melanjutkan perkataannya. Aku menghembuskan nafas
yang sepertinya penuh sesak di paru-paruku, dan melengos untuk meninggalkan
dia.
“Eun
Ji..” panggilnya. “Eun Ji-ya…” lanjutnya. “Gall Eun Ji-ya”
Aku
terhenti seketika mendengarnya memanggil namaku. Ingatanku kembali lagi ke
masa-masa itu. ketika iya suka memanggilku gallon, dan aku memanggilnya lonceng
“Chan-i Bangwool”.
Aku
merasakan tubuhnya mendekat ke arahku, ketika telapak tangannya akan mendarat
di pundakku, aku menghindarinya pergi menjauh dari tubuh jangkungnya.
“Aku
tak pernah menyangka seperti inilah sifatmu sebenarnya. Ku kira kau berbeda
dari yeoja-yeoja lain. Ku kira kau adalah yeoja yang kucari. Ku kira kau adalah yeoja pemaaf yang menyayangi orang
di dekatmu. Sahabat lamamu. Tapi ternyata… aku tak menyesal saat hari itu
datang, saat ketika aku memutuskan hubungan kita. Saat aku merasa sangat
kesepian tanpa ada dirimu, saat aku menyesal memutuskanmu. Tapi sekarang aku
tau. Ini dirimu kan? Wajah lain dari seorang Kang Eun Ji”
Kata-katanya
merobek seluruh kepercayaan diriku, menghabiskan semua energiku. Aku hanya diam
di tempat. Lalu dia melewatiku. “Kang Eun Ji, semoga kau bahagia selama aku dan
So Raa disini” lanjutnya dan meninggalkanku sendirian yang masih tak percaya
dia berkata begitu.
Ini
hari apa? Tanyaku dalam hati, kenapa begitu berat? Bahkan semua beban seperti dipikul
di pundakku yang kecil. Aku tersungkur di lantai batu atap gedung. Tak pernah
sekali pun kata-katanya yang tak pernah lolos dari ingatanku, sekecil apapun!
Saat ketika aku jatuh dia menghiburku “Ada saatnya seseorang jatuh, jalan
dengan baik”. Apalagi dia berkata seperti itu yang pasti akan menempati ruang
khusus di memori otakku. Aku merasa menjadi yeoja yang patut dibenci orang.
0 komentar:
Posting Komentar