Sabtu, 16 April 2016

추억 #6



Dia pun menatapku lalu memalingkan tatapannya dariku. Aku masih diam terpatung, seakan waktu berjalan sangat lambat, dan aku tak menginginkkan semua ini terjadi.
“Eun Ji-ya, ini sahabat baikku, Chanyeol. Kau pasti terkejutkan aku memiliki sahabat seorang bintang, kan?” suara-suara Kris seperti lalu lalang kendaraan Seoul, tak terdengar jelas, dan aku masih berada di keterkejutanku.
“Eun Ji, Gwenchana?” aku baru tersadar Kris memanggilku. “Oh, Ne” jawabku sekenanya.
“Emm.. Kris Hyung, aku rasa yeojamu terkejut denganku” ucap Chanyeol seraya tertawa kecil.
“Aniya..” jawabku cepat mendengar perkataan Chanyeol. Entahlah kenapa pandanganku tak mau lepas dari sosok Chanyeol. Kenapa harus dia yang Kris kenalkan padaku? Kenapa harus dia sahabat baik Kris? Kenapa harus dia yang melihatku bersanding dengan Kris? Kenapa aku harus sakit melihat Chanyeol? Kenapa aku harus khawatir dengan perasan Canyeol? Apakah dia akan sakit hati? Atauu… Ah, mana mungkin, tapi kenapa ekspresi itu? dia tersenyum? Akankah itu senyum paksa? Aku sibuk dengan pikiran-pikiranku yang berkelabat begitu saja.
“Eun Ji?” tangan Kris diayun-ayunkan di depan mataku. Aku baru tersadar.
“Oh, emmm ne?” Aku tersadar dan sedikit linglung di hadapan Chanyeol dan Kris.
“Wae? Kamu sakit?” Tanya Kris memperhatikan keadaanku yang semakin gugup.
“Hyung, sepertinya pacarmu kelelahan. Mungkin malam ini dia harus istirahat lebih banyak” Ucap Chanyeol seraya memandangku dengan tatapan yang… aku tak bisa mengartikan tatapan itu!
“Kita bisa bertemu lain waktu lagi, Hyung” Lanjut Chanyeol.
“Oh, aniyo. Na gwenchanayo” Jawabku cepat. “Jeongmal!” lanjutku meyakinkan Kris. Mana mungkin aku tega berkata aku ingin pulang padahal Kris masih ingin melepaskan rindu dengan sahabatnya itu.
Waitres datang dengan beberapa makanan yang kami pesan.
“Sudah berapa lama kalian pacaran?” Tanya Chanyeol seraya menyumpitkan makanan di depannya.
“Menurutmu? Kita sudah berapa lama?” Tanya Kris balik dengan nada meledek.
“Emmm.. satu tahun? Dua tahun? Atau bahkan lima tahun?” Jawab Chanyeol menebak.
“Hahahaa.. ternyata kita sudah terlihat seperti pasangan awet” tawa Kris menatapku. Aku hanya tersenyum menanggapi.
“Na jeongmal, Hyung!?” Protes Chanyeol mendengar jawaban Kris yang tak memuaskan.
“Kau bisa bertanya langsung pada Eun Ji” Ucap Kris yang seperti ingin memberiku kesempatan untuk membuka mulut.
“Sepertinya pacarmu itu pemalu, Hyung” jawab Chanyeol sebelum aku membuka mulut. Chanyeol melirikku dengan tatapan itu lagi.
Kemudian pembicaraan itu berlanjut membahas kenangan-kenangan Kris dan Chanyeol serta segala perkembangannya. Sering ada tawa disela-sela pembicraan mereka. aku hanya diam dan mendengar percakpan mereka yang terdengar begitu mengasyikkan daripada perasaanku yang kalang kabut, sesekali Chanyeol melirikku dengan tatapan yang seakan-akan berkata, “Aku tak menyangka Eun Ji! Sungguh!” entah itu tatapan yang mengungkapkan rasa bahagia atau rasa sedih. Entahlah, itu hanya perspektifku belaka.
Bipp Bipp… Bunyi telepon dari handphone Kris. Dia beranjak mengangkat teleponnya. Dan kembali dengan teburu-buru.
“Chanyeol-ah , mianhae.. ada urusan mendadak. Aku harus kesana sekarang. Tolong antarkan Eun Ji pulang” Ucap Kris, dia menatapku dan berkata, “Aku harus pergi, kamu pulang dengan Chanyeol, Oke?” ucap Kris lalu pergi dengan berlari sebelum Chanyeol berkata sepatah pun, “Hati-hati Hyung!” teriak Chanyeol.
Aku lebih banyak diam ketika Chanyeol mengantarkanku pulang. Perasaan dalam hati begitu berkecamuk, aku memikirkan banyak hal tentang apa yang nanti akan terjadi. Aku sudah bersama Kris, kataku meyakinkan hati. Tetapi sisi lain diriku, memori tentang dulu bersama Chanyeol tak bisa begitu saja dihapus.
Hujan menghampiri disela-sela diamku dalam perjalanan pulang.
“Kau tak apa?” Tanya Chanyeol disebelahku yang sedang mengemudi.
“Ne, sepertinya aku lelah” jawabku seraya memeluk boneka tazmania dan menyandarkan kepala ke samping. Menikmati hujan yang semakin deras bersama bayangan-bayangan Chanyeol dan Kris yang semakin berkelabat di pikiranku.

Jumat, 01 April 2016

Hidup itu pilihan, Kawan!

Kadang aku berfikir tentang dulu. Tentang aku yang suka memandang sebelah mata orang lain dan memberi komentar "aneh" pada mereka yang menyukai sesuatu diluar yang aku sukai. Apasih hebatnya mereka? sampai banyak orang yang mengidolakan? Pertama kali aku mengenal artis yang terdiri dari beberapa member yang menari dan bernyanyi adalah saat aku duduk di bangku SMA. Super Junior namanya. Semua teman-temanku hebring dan histeris dengan kedatangan mereka ke Indonesia, bukan hanya teman-temanku semua orang sibuk untuk mempersiakan konsernya di Indonesia. Stasiun televisi ikut andil dalam mensukseskan acaranya. Ppikirku apasih hebatnya mereka? Apasihv spesialnya? katanya ganteng? tapi di pandangan mataku mereka justru cantik dan bermuka aneh. Lebih ganteng Liam Aiken, Robert Pattinson, Leonardo De Caprio. Terus temanku juga bilang, mereka terharu bahkan ingin menangis jika mendengarkan lagu our love-nya SuJu. Aku cuma tertawa dan berpikir temanku itu lebay.
Kau tau kawan? apa yang aku rendahkan dan memandang sebelah mata dulu berbalik kepadaku. Entah ini hukum alam atau apa, yang jelas aku begitu mengidolakan mereka, mereka dari negara yang sama dengan Super Junior, dari agensi yang sama dengan Super Junior, adik dari Super Junior, penerus Super Junior. EXO.
Bahkan aku terharu seperti temanku yang terharu mendengarkan lagu melow Suju. Aku pun terharu dan ingin menangis mendengarkan lagu EXO yang berjudul Promise.
Yang ingin aku tekanka, jangan sekali-kali memandang sebelahmata fangirl maupun fanboy. Karena hidup itu pilihan, kawan! :')

Salam dari Rainwall di pojok kamar kos.