Sabtu, 15 Februari 2014

ini hanya sekedar tentang #nasib



Tinggi setengah tiang, berani bermimpi setinggi langit.
Tak semua keinginan kita tercapai.
Boleh saja manusia bermimpi dan berencana, namun tetap Yang Diataslah yang menentukan..
Ini hanya soal nasib.
Sekarang adalah musim para calon mahasiswa dan mahasiswi yang masih duduk di bangku sekolah kelas 12. Diantara kalian pasti sudah ada yang merencanakan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, atau ada juga yag masih galau untuk menentukan pilihan universitasnya.
Setelah yakin akan universitas yang kalian pilih, ada problem lagi, yaitu tentang jurusan, benarkan? Yo mosok cuma univnya doang to? Yapz, terkecuali bagi mereka yang sudah bermimpi dijauh-jauh hari.
Terkadang, jika kita telah memiliki mimpi dijauh-jauh hari bahkan dari kecil kita mempunyai cita-cita yang amat tinggi, namun ketika kita sudah mendekati waktu untuk meraihnya, kita merasa takut, banyak pikiran-pikiran yang melayang di fikiran, aku takut, jangan-jangan aku gak bisa, jangan-jangan aku gak kuat, jangan-jangan, jangan-jangan dan jangan-jangan.
Kemudian kita mengambil keputusan yang tak menuntut banyak resiko. Mengubah haluan mimpi, hanya yang berada di sekitar kehidupan kita. Pertanyaannya: Kenapa dulu, ketika masih setinggi setengah tiang kau berani untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit? Namun tiba saatya, kaupun malah menyerah sebelum waktunya tiba? Kenapa malah pikiranmu didominasi oleh pikiran negative tentang apa yang akan terjadi dengan mimpimu nanti? Lalu kau melepaskan begitu saja dan membiarkan orang lain untuk mengambilnya? Sedangkan kau memutuskan bermimpi  setinggi tanaman kecambah. Padahal lhat dirimu sekarang, tubuhmu sudah setinggi satu setengah tiang.
Selanjutnya yaitu tentang Doa dan Tawakkal, setelah berikhtiar. Apakah nantiya akan lolos seleksi dan masuk di perguruan tinggi iimpian ataupun tidak lolos. Semua tergantung dari nasib individu masing-masing. Yang ditekankan adalah selalu berdoa dan meminta restu kedua orangtua, dan menjadilah dewasa dengan berikhlas hati apa yang digariskan oleh Tuhan nantinya.
Sedangkan yang telah menjadi mahasiswa dan mahasiswi, mungkin diantara kita masih ada something tentang perguruan tinggi impian yang tak terealisasi dulu. Sehingga mungkin ada yang terpaksa untuk masuk di perguruan tinggi perguruan tinggi yang tidak kita minati, atau mungkin dengan kesadaran diri bahwa takdirnya bukan di perguruan tinggi impiannya, dan menyimpan dalam hati sebagai kenangan manis saja. Entah kenapa, saya yakin sekali jika kau mendengar perguruan tinggi impianmu dulu, hatimu seperti kesetrum 1000 watt energy listrik, yaaa setara jika bertemu dengan someone yang…. :D



Ada banyak faktor, kenapa bisa demikian. Diantaranya kita sangat memimpikan universitas, namun kita terlalu takut mengabil resiko, taku gak diterima dan lain-lain. Yang kedua, mungkin orang tua tidak merestui jika kita kuiah di universitas impian kita, yang ketiga, ini yang menyedihkan, yaitu berkali-kali ditolak di universitas impian, namun perjuangan itu patut diacungi jempol. Karena telah berani mencoba dan mengambil resiko, kenapa? Bayangkan saja, ketika teman2nya sudah mempunyai universitasnya masing-masing, namun ia masih berjuang untuk mendapatkan impiannya. Namun, jika itu masih gagal. Bisa jadi nasibnya bukan disitu.. hmm,, sensitive sekali jika saya mendengar kata ‘nasib’ hohoo…
Yah, begitulah hidup, penuh perjuangan, yang terkadang semangat yang membara dalam diri kita sirna karea terlalu lelah untuk mencapai sebuah mimpi.. memang, yang terbaik menrut kta, belum tentu itu yang baik menurut Tuhan.
Memang, saya akui, untuk me’nyata’kan mimpi sangat tidak mudaha, dimana kita harus menempuh perjalanan dari jalan mimpi menuju jalan nyata. Ibaratnya ketika kita berada di dalam suatu tempat yang tak terlihat oleh mata (baca: ghoib) bagaimana caranya agar kita bisa berada dalam tempat yang benar-benar bisa dilihat oleh mata telanjang. Jangan berimajinasi di dunia dongeng yaa :D yang hanya mengangkat tongkat ajaib seraya mmbisikkan mantra :D
Mimpi yang memenuhi pikiran bahkan sampai tersumbat-sumbat tak akan menjadi nyata bila tanpa ada usaha untuk me’nyata’kan mimpi itu. Namun bagaimana bila mimpi itu sudah terlanjur? Seperti berkali-kali ditolak untuk masuk universitas impian kita. Apa yang harus dilakukan setelahnya? Apa harus mengurug diri di dalam kamar seraya meratapai nasib?? Apa harus terpakasa untuk masuk di univrsitaas lain?? Atau mungkin berhenti dan memutuskan untuk tidak melanjtkan studi?? Atau aka menunggu dengan belajar semaksimal mungkin untuk masuk ke univ impian???
Untuk yang terkhir ini, saya sangat akan memberikan 4 jempol. Kenapa? Yapz, karena dia adalah seorag yang memiliki komitmen tinggi tentang apa yang dia mimpikan. Pegangan yan begitu kuat untuk berbagai terpaan cobaan yang maha dahsyat. Namun setelahnya, jika ia benar-benar dapat me’nyata’kan mimpi, subhanalloh… bagai ratusan pelangi menghampiri ia memberikan ucapan selamat.

Waahh... mbak ini meracau terus, bagaiana dengan mbaknya??
Mulut ini mungkin lagsug terkatup mendapat pertayaan semacam itu, langsung kabur malah haha….
#kabuuurrrrrr :D

0 komentar:

Posting Komentar