“Baik-baik
disana” ucapku pada Soo Ra di Bandara Incheon. Dia mengangguk dan memelukku
lagi. Soo Ra mengikuti orangtuanya pindah ke Amerika, karena pekerjaan
orangtuanya yang mengharuskan hidupnya berimigrasi kesana.
Dia
sahabatku satu-satunya sejak kami masih ingusan. Kami selalu bersama, bahkan
orantuaku sudah menganggapnya seperti anaknya. Di sekolah dulu teman-teman
sering memanggil kami “kembaran”. Entahlah, karena apa karena kami selalu bersama,
atau karena kami yang selalu senang memakai sesuatu yang sama.
Awalnya
kami selalu saling menghubungi lewat email, bagaimana kabarnya? Bagaimana
keadaan Amerika, dan bagaimana sekolahnya. Seiring waktu berlalu, komunikasi
itupun juga berlalu, kami sibuk sendiri-sendiri meraih masa depan yang kami
mimpikan sejak kecil.
“Arsitektur!
Aku suka sekali menata ruang dan menghias ruang” kataku kepada Soo Ra.
“Fashion!”
katanya bersemangat. “Aku suka sekali di
bidang fashion. Pokoknya suatu saat aku harus bekerja di bidang fashion!” kata
Soo Ra, terbukti secara penampilan dia sangat fashionista.
Aku masih membungkam mulutku, menunggu dia memulai
percakapan. Rasanya canggung sekali. Tapi entahlah kenapa aku harus bersikap
seperti ini. aku hanya memandangi kepulan kopi panas yang baru saja disajikan
waitres. Sedikit mengurangi rasa yang tak nyaman ini.
“Bagaimana
kabarmu, Eun Ji-ya” Tanya Soo Ra memulai percakapan. Perbincangan pertama
setelah sekian lama. Uhm, perbincangan? Lebih tepatnya ini pertemuan terpaksa.
“Baik”
ucapku singkat, aku tak bisa berkata-kata seperti dulu lagi. aku tak bisa
seperti dulu lagi, kurasa sepertinya menyakitkan.
“Emm..
bagaimana kuliahmu?” tanyanya lagi. aku
benar-benar tak suka basa-basi sekarang ini. Apa maksud Chanyeol dengan
mempertemukanku dengan Soo Ra seperti ini? apa mereka memiliki hubbungan
khusus?
“Katakan
saja intinya” ucapku tanpa pikir panjang.
“Eun
Ji-ya, aku…” kata-kata Soo Ra terpotong, aku menatapnya lekat-lekat. “Mianhae”
lanjutnya.
“Ya,
memang seharusnya kau meminta maaf. Tapi aku tak punya waktu untuk ini. Banyak
yang akan kuurus” kataku, lalu mengambil tas dan pergi meninggalkan Soo Ra
sendiri di coffee shop.
Maafkan aku, kataku dalam hati, tak seharusnya aku bersikap seperti ini. tapi
sisi lain diriku ingin melakukannya, maafkan aku Soo Ra, maafkan aku. Aku berjalan entah kemana tujuanku. Aku sangat
membencinya, sangat, tapi aku tak bisa membencinya.
Kring…
Kring…
“Annyeong
haseo” Ucapku ditelepon
“Ah,
aniyo” jawabku ketika seseorang disana menanyakanku..
“Ne?”
tanyaku meyakinkan pernyataan itu. “Arasseo” jawabku, dan langsung bergegas
menuju suatu tempat di Myeongdong.
##
Aku
mencarinya, Myeongdong begitu ramai
pengunjung. Aku benar-benar bingung mencarinya. Aku berlari ke persimpangan
jalan, mencari dia diantara ratusan orang yang hilir mudik di malam yang
entahlah, mungkin special buat mereka. “Dimana?” tanyaku ditelepon. Suaranya
berat sekali dan sepertinya…
Aku melihatnya, dipojok Bear shop, tempat diama saat
pertama kali aku bertemu dengannya dulu, langsung aku berlari kearahnya.
“Ya!”
teriakku kesal pada Kris yang tersenyum. “Gwenchana?” tanyaku dengan napas yang
masih tersengal-tersengal. Dia tersenyum dan memperlihatkan dirinya yang
baik-baik saja.
“Jahat!”
teriakku, lalu berbalik membelakanginya. Kris menyentuh pundakku.
“Tiba-tiba menelepon disaat moodku
sedang hancur, dan buru-buru ke Myeongdong dengan 1 jam perjalanan dengan udara
dingin seperti ini. Tak ada kabar sama sekali kamu mau kesini. Dan kau bilang
kau sakit, dan..”
“Gumaweo..” ucapnya memotong
kekesalanku. “Mwo?” kagetku, “Karena sudah mengkhawatirkanku” katanya lagi.
“Argh, jinjja, lupakan!”
“Kapan kesini? Kenapa diam saja?”
tanyaku.
“Surprise….” Dia mengeluarkan
boneka tazmania, aku tidak bisa menyimpan kegiranganku, boneka itu sudah
kuinginkan sejak lama, ah limited edition.
“Mau menghangatkan tubuhkan?
Kajja!” Kris mengajakku ke coffe lotte shop. Entahlah kenapa dia mengajakku ke
kafe elit seperti ini. Ada yang ingin dia tunjukkan katanya. “Kalau kamu ingin
mengenal kehidupanku lebih dalam” begitu katanya, aku mengiyakan ajakannya. Dia
memilih tempat VIP yang langsug berhadapan dengan kaca luar sehingga bisa
menikmati kerlip lampu Myeongdong.
“Oppa, aku ingin ke belakang sebentar” pintaku, lalu meletakkan
boneka tazmania.
Aku merapihkkan rambut, dan sedikit
mengoleskan lipstick di bibirku yang sudah mulai mengering karena udara yang
dingin diluar tadi. Aku menghirup napas dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan.
Malam ini, Kris berencana mengenalkanku pada seseorang yang sangat penting.
“Sepertinya sudah cukup cantik
dihadapan eomma appa Kriss.” Gumamku. “Annyeonghaseo Eommanim, Annyeong haseo
Appanim” aku berlatih di depan kaca kamar mandi yeoja.
Aku keluar dan menenangkan diri,
lalu berjalan dengan langkah yang tegap untuk memberikanku kepercayaan diri.
“Kenalin, ini pacarku, Kang Eu……..”
Suara Kris tiba-tiba menghilang
dari pendengaranku, dan aku hanya menatap matanya. Aku seperti merpati yang
dipertemukan merpati jantan yang selama ini akuu….
0 komentar:
Posting Komentar