Minggu, 27 Desember 2015

추억 #5



“Baik-baik disana” ucapku pada Soo Ra di Bandara Incheon. Dia mengangguk dan memelukku lagi. Soo Ra mengikuti orangtuanya pindah ke Amerika, karena pekerjaan orangtuanya yang mengharuskan hidupnya berimigrasi kesana.
Dia sahabatku satu-satunya sejak kami masih ingusan. Kami selalu bersama, bahkan orantuaku sudah menganggapnya seperti anaknya. Di sekolah dulu teman-teman sering memanggil kami “kembaran”. Entahlah, karena apa karena kami selalu bersama, atau karena kami yang selalu senang memakai sesuatu yang sama.
Awalnya kami selalu saling menghubungi lewat email, bagaimana kabarnya? Bagaimana keadaan Amerika, dan bagaimana sekolahnya. Seiring waktu berlalu, komunikasi itupun juga berlalu, kami sibuk sendiri-sendiri meraih masa depan yang kami mimpikan sejak kecil.
“Arsitektur! Aku suka sekali menata ruang dan menghias ruang” kataku kepada Soo Ra.
“Fashion!” katanya bersemangat. “Aku suka sekali  di bidang fashion. Pokoknya suatu saat aku harus bekerja di bidang fashion!” kata Soo Ra, terbukti secara penampilan dia sangat fashionista.



Aku masih membungkam mulutku, menunggu dia memulai percakapan. Rasanya canggung sekali. Tapi entahlah kenapa aku harus bersikap seperti ini. aku hanya memandangi kepulan kopi panas yang baru saja disajikan waitres. Sedikit mengurangi rasa yang tak nyaman ini.
            “Bagaimana kabarmu, Eun Ji-ya” Tanya Soo Ra memulai percakapan. Perbincangan pertama setelah sekian lama. Uhm, perbincangan? Lebih tepatnya ini pertemuan terpaksa.
            “Baik” ucapku singkat, aku tak bisa berkata-kata seperti dulu lagi. aku tak bisa seperti dulu lagi, kurasa sepertinya menyakitkan.
            “Emm.. bagaimana kuliahmu?” tanyanya lagi. aku  benar-benar tak suka basa-basi sekarang ini. Apa maksud Chanyeol dengan mempertemukanku dengan Soo Ra seperti ini? apa mereka memiliki hubbungan khusus?
            “Katakan saja intinya” ucapku tanpa pikir panjang.
            “Eun Ji-ya, aku…” kata-kata Soo Ra terpotong, aku menatapnya lekat-lekat. “Mianhae” lanjutnya.
            “Ya, memang seharusnya kau meminta maaf. Tapi aku tak punya waktu untuk ini. Banyak yang akan kuurus” kataku, lalu mengambil tas dan pergi meninggalkan Soo Ra sendiri di coffee shop.
            Maafkan aku, kataku dalam hati, tak seharusnya aku bersikap seperti ini. tapi sisi lain diriku ingin melakukannya, maafkan aku Soo Ra, maafkan aku.  Aku berjalan entah kemana tujuanku. Aku sangat membencinya, sangat, tapi aku tak bisa membencinya.
            Kring… Kring…
            “Annyeong haseo” Ucapku ditelepon
            “Ah, aniyo” jawabku ketika seseorang disana menanyakanku..
            “Ne?” tanyaku meyakinkan pernyataan itu. “Arasseo” jawabku, dan langsung bergegas menuju suatu tempat di Myeongdong.
##
            Aku mencarinya, Myeongdong begitu  ramai pengunjung. Aku benar-benar bingung mencarinya. Aku berlari ke persimpangan jalan, mencari dia diantara ratusan orang yang hilir mudik di malam yang entahlah, mungkin special buat mereka. “Dimana?” tanyaku ditelepon. Suaranya berat sekali dan sepertinya…
Aku melihatnya, dipojok Bear shop, tempat diama saat pertama kali aku bertemu dengannya dulu, langsung aku berlari kearahnya.
            “Ya!” teriakku kesal pada Kris yang tersenyum. “Gwenchana?” tanyaku dengan napas yang masih tersengal-tersengal. Dia tersenyum dan memperlihatkan dirinya yang baik-baik saja.
            “Jahat!” teriakku, lalu berbalik membelakanginya. Kris menyentuh pundakku.
“Tiba-tiba menelepon disaat moodku sedang hancur, dan buru-buru ke Myeongdong dengan 1 jam perjalanan dengan udara dingin seperti ini. Tak ada kabar sama sekali kamu mau kesini. Dan kau bilang kau sakit, dan..”
“Gumaweo..” ucapnya memotong kekesalanku. “Mwo?” kagetku, “Karena sudah mengkhawatirkanku” katanya lagi.
“Argh, jinjja, lupakan!”
“Kapan kesini? Kenapa diam saja?” tanyaku.
“Surprise….” Dia mengeluarkan boneka tazmania, aku tidak bisa menyimpan kegiranganku, boneka itu sudah kuinginkan sejak lama, ah limited edition.
“Mau menghangatkan tubuhkan? Kajja!” Kris mengajakku ke coffe lotte shop. Entahlah kenapa dia mengajakku ke kafe elit seperti ini. Ada yang ingin dia tunjukkan katanya. “Kalau kamu ingin mengenal kehidupanku lebih dalam” begitu katanya, aku mengiyakan ajakannya. Dia memilih tempat VIP yang langsug berhadapan dengan kaca luar sehingga bisa menikmati kerlip lampu Myeongdong.
“Oppa, aku ingin ke  belakang sebentar” pintaku, lalu meletakkan boneka tazmania.
Aku merapihkkan rambut, dan sedikit mengoleskan lipstick di bibirku yang sudah mulai mengering karena udara yang dingin diluar tadi. Aku menghirup napas dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan. Malam ini, Kris berencana mengenalkanku pada seseorang yang sangat penting.
“Sepertinya sudah cukup cantik dihadapan eomma appa Kriss.” Gumamku. “Annyeonghaseo Eommanim, Annyeong haseo Appanim” aku berlatih di depan kaca kamar mandi yeoja.
Aku keluar dan menenangkan diri, lalu berjalan dengan langkah yang tegap untuk memberikanku kepercayaan diri.
“Kenalin, ini pacarku, Kang Eu……..”
Suara Kris tiba-tiba menghilang dari pendengaranku, dan aku hanya menatap matanya. Aku seperti merpati yang dipertemukan merpati jantan yang selama ini akuu….




  


0 komentar:

Posting Komentar