Dia pun menatapku lalu memalingkan
tatapannya dariku. Aku masih diam terpatung, seakan waktu berjalan sangat
lambat, dan aku tak menginginkkan semua ini terjadi.
“Eun Ji-ya, ini sahabat baikku,
Chanyeol. Kau pasti terkejutkan aku memiliki sahabat seorang bintang, kan?”
suara-suara Kris seperti lalu lalang kendaraan Seoul, tak terdengar jelas, dan
aku masih berada di keterkejutanku.
“Eun Ji, Gwenchana?” aku baru
tersadar Kris memanggilku. “Oh, Ne” jawabku sekenanya.
“Emm.. Kris Hyung, aku rasa yeojamu
terkejut denganku” ucap Chanyeol seraya tertawa kecil.
“Aniya..” jawabku cepat mendengar
perkataan Chanyeol. Entahlah kenapa
pandanganku tak mau lepas dari sosok Chanyeol. Kenapa harus dia yang Kris
kenalkan padaku? Kenapa harus dia sahabat baik Kris? Kenapa harus dia yang
melihatku bersanding dengan Kris? Kenapa aku harus sakit melihat Chanyeol?
Kenapa aku harus khawatir dengan perasan Canyeol? Apakah dia akan sakit hati?
Atauu… Ah, mana mungkin, tapi kenapa ekspresi itu? dia tersenyum? Akankah itu
senyum paksa? Aku sibuk dengan pikiran-pikiranku yang berkelabat begitu
saja.
“Eun Ji?” tangan Kris
diayun-ayunkan di depan mataku. Aku baru tersadar.
“Oh, emmm ne?” Aku tersadar dan
sedikit linglung di hadapan Chanyeol dan Kris.
“Wae? Kamu sakit?” Tanya Kris memperhatikan
keadaanku yang semakin gugup.
“Hyung, sepertinya pacarmu
kelelahan. Mungkin malam ini dia harus istirahat lebih banyak” Ucap Chanyeol
seraya memandangku dengan tatapan yang… aku tak bisa mengartikan tatapan itu!
“Kita bisa bertemu lain waktu lagi,
Hyung” Lanjut Chanyeol.
“Oh, aniyo. Na gwenchanayo” Jawabku
cepat. “Jeongmal!” lanjutku meyakinkan Kris. Mana mungkin aku tega berkata aku ingin pulang padahal Kris masih
ingin melepaskan rindu dengan sahabatnya itu.
Waitres datang dengan beberapa makanan
yang kami pesan.
“Sudah berapa lama kalian pacaran?”
Tanya Chanyeol seraya menyumpitkan makanan di depannya.
“Menurutmu? Kita sudah berapa
lama?” Tanya Kris balik dengan nada meledek.
“Emmm.. satu tahun? Dua tahun? Atau
bahkan lima tahun?” Jawab Chanyeol menebak.
“Hahahaa.. ternyata kita sudah
terlihat seperti pasangan awet” tawa Kris menatapku. Aku hanya tersenyum
menanggapi.
“Na jeongmal, Hyung!?” Protes
Chanyeol mendengar jawaban Kris yang tak memuaskan.
“Kau bisa bertanya langsung pada
Eun Ji” Ucap Kris yang seperti ingin memberiku kesempatan untuk membuka mulut.
“Sepertinya pacarmu itu pemalu,
Hyung” jawab Chanyeol sebelum aku membuka mulut. Chanyeol melirikku dengan
tatapan itu lagi.
Kemudian pembicaraan itu berlanjut
membahas kenangan-kenangan Kris dan Chanyeol serta segala perkembangannya.
Sering ada tawa disela-sela pembicraan mereka. aku hanya diam dan mendengar
percakpan mereka yang terdengar begitu mengasyikkan daripada perasaanku yang
kalang kabut, sesekali Chanyeol melirikku dengan tatapan yang seakan-akan
berkata, “Aku tak menyangka Eun Ji! Sungguh!” entah itu tatapan yang
mengungkapkan rasa bahagia atau rasa sedih. Entahlah, itu hanya perspektifku
belaka.
Bipp Bipp… Bunyi telepon dari
handphone Kris. Dia beranjak mengangkat teleponnya. Dan kembali dengan
teburu-buru.
“Chanyeol-ah , mianhae.. ada urusan
mendadak. Aku harus kesana sekarang. Tolong antarkan Eun Ji pulang” Ucap Kris,
dia menatapku dan berkata, “Aku harus pergi, kamu pulang dengan Chanyeol, Oke?”
ucap Kris lalu pergi dengan berlari sebelum Chanyeol berkata sepatah pun,
“Hati-hati Hyung!” teriak Chanyeol.
Aku lebih banyak diam ketika Chanyeol
mengantarkanku pulang. Perasaan dalam hati begitu berkecamuk, aku memikirkan
banyak hal tentang apa yang nanti akan terjadi. Aku sudah bersama Kris, kataku
meyakinkan hati. Tetapi sisi lain diriku, memori tentang dulu bersama Chanyeol
tak bisa begitu saja dihapus.
Hujan menghampiri disela-sela
diamku dalam perjalanan pulang.
“Kau tak apa?” Tanya Chanyeol
disebelahku yang sedang mengemudi.
“Ne, sepertinya aku lelah” jawabku
seraya memeluk boneka tazmania dan menyandarkan kepala ke samping. Menikmati
hujan yang semakin deras bersama bayangan-bayangan Chanyeol dan Kris yang
semakin berkelabat di pikiranku.