Tinggi setengah tiang, berani bermimpi setinggi langit.
Tak semua keinginan kita tercapai.
Boleh saja manusia bermimpi dan berencana, namun tetap Yang
Diataslah yang menentukan..
Ini hanya soal nasib.
Sekarang adalah musim para calon mahasiswa dan mahasiswi
yang masih duduk di bangku sekolah kelas 12. Diantara kalian pasti sudah ada
yang merencanakan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, atau ada
juga yag masih galau untuk menentukan pilihan universitasnya.
Setelah yakin akan universitas yang kalian pilih, ada
problem lagi, yaitu tentang jurusan, benarkan? Yo mosok cuma univnya doang to? Yapz,
terkecuali bagi mereka yang sudah bermimpi dijauh-jauh hari.
Terkadang, jika kita telah memiliki mimpi dijauh-jauh hari
bahkan dari kecil kita mempunyai cita-cita yang amat tinggi, namun ketika kita
sudah mendekati waktu untuk meraihnya, kita merasa takut, banyak
pikiran-pikiran yang melayang di fikiran, aku
takut, jangan-jangan aku gak bisa,
jangan-jangan aku gak kuat, jangan-jangan,
jangan-jangan dan jangan-jangan.
Kemudian kita mengambil keputusan yang tak menuntut banyak
resiko. Mengubah haluan mimpi, hanya yang berada di sekitar kehidupan kita. Pertanyaannya:
Kenapa dulu, ketika masih setinggi
setengah tiang kau berani untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit? Namun
tiba saatya, kaupun malah menyerah sebelum waktunya tiba? Kenapa malah
pikiranmu didominasi oleh pikiran negative tentang apa yang akan terjadi dengan
mimpimu nanti? Lalu kau melepaskan begitu saja dan membiarkan orang lain untuk
mengambilnya? Sedangkan kau memutuskan bermimpi setinggi tanaman kecambah. Padahal lhat dirimu
sekarang, tubuhmu sudah setinggi satu setengah tiang.
Selanjutnya yaitu tentang Doa dan Tawakkal, setelah
berikhtiar. Apakah nantiya akan lolos seleksi dan masuk di perguruan tinggi
iimpian ataupun tidak lolos. Semua tergantung dari nasib individu
masing-masing. Yang ditekankan adalah selalu berdoa dan meminta restu kedua
orangtua, dan menjadilah dewasa dengan berikhlas hati apa yang digariskan oleh
Tuhan nantinya.
Sedangkan yang telah menjadi mahasiswa dan mahasiswi, mungkin
diantara kita masih ada something tentang perguruan tinggi impian yang tak
terealisasi dulu. Sehingga mungkin ada yang terpaksa untuk masuk di perguruan
tinggi perguruan tinggi yang tidak kita minati, atau mungkin dengan kesadaran
diri bahwa takdirnya bukan di perguruan tinggi impiannya, dan menyimpan dalam
hati sebagai kenangan manis saja. Entah kenapa, saya yakin sekali jika kau
mendengar perguruan tinggi impianmu dulu, hatimu seperti kesetrum 1000 watt
energy listrik, yaaa setara jika bertemu dengan someone yang…. :D
Ada banyak faktor, kenapa bisa demikian. Diantaranya kita
sangat memimpikan universitas, namun kita terlalu takut mengabil resiko, taku
gak diterima dan lain-lain. Yang kedua, mungkin orang tua tidak merestui jika
kita kuiah di universitas impian kita, yang ketiga, ini yang menyedihkan, yaitu
berkali-kali ditolak di universitas impian, namun perjuangan itu patut diacungi
jempol. Karena telah berani mencoba dan mengambil resiko, kenapa? Bayangkan
saja, ketika teman2nya sudah mempunyai universitasnya masing-masing, namun ia
masih berjuang untuk mendapatkan impiannya. Namun, jika itu masih gagal. Bisa
jadi nasibnya bukan disitu.. hmm,, sensitive sekali jika saya mendengar kata
‘nasib’ hohoo…
Yah, begitulah hidup, penuh perjuangan, yang terkadang
semangat yang membara dalam diri kita sirna karea terlalu lelah untuk mencapai
sebuah mimpi.. memang, yang terbaik menrut kta, belum tentu itu yang baik
menurut Tuhan.
Memang, saya akui, untuk me’nyata’kan mimpi sangat tidak
mudaha, dimana kita harus menempuh perjalanan dari jalan mimpi menuju jalan
nyata. Ibaratnya ketika kita berada di dalam suatu tempat yang tak terlihat
oleh mata (baca: ghoib) bagaimana caranya agar kita bisa berada dalam tempat
yang benar-benar bisa dilihat oleh mata telanjang. Jangan berimajinasi di dunia
dongeng yaa :D yang hanya mengangkat tongkat ajaib seraya mmbisikkan mantra :D
Mimpi yang memenuhi pikiran bahkan sampai tersumbat-sumbat
tak akan menjadi nyata bila tanpa ada usaha untuk me’nyata’kan mimpi itu. Namun
bagaimana bila mimpi itu sudah terlanjur? Seperti berkali-kali ditolak untuk
masuk universitas impian kita. Apa yang harus dilakukan setelahnya? Apa harus
mengurug diri di dalam kamar seraya meratapai nasib?? Apa harus terpakasa untuk
masuk di univrsitaas lain?? Atau mungkin berhenti dan memutuskan untuk tidak
melanjtkan studi?? Atau aka menunggu dengan belajar semaksimal mungkin untuk
masuk ke univ impian???
Untuk yang terkhir ini, saya sangat akan memberikan 4
jempol. Kenapa? Yapz, karena dia adalah seorag yang memiliki komitmen tinggi
tentang apa yang dia mimpikan. Pegangan yan begitu kuat untuk berbagai terpaan
cobaan yang maha dahsyat. Namun setelahnya, jika ia benar-benar dapat
me’nyata’kan mimpi, subhanalloh… bagai ratusan pelangi menghampiri ia
memberikan ucapan selamat.
Waahh... mbak ini
meracau terus, bagaiana dengan mbaknya??
Mulut ini mungkin lagsug terkatup mendapat pertayaan semacam
itu, langsung kabur malah haha….
#kabuuurrrrrr :D